Blogger Template by Blogcrowds

Cerpen : Garieng

Jumat, 30 Januari 2009
Pagi ini memang sangat dingin, karena semalam hujan tak henti-hentinya mengguyur daerah perumahan guru ini. Keadaan ini memang cocok untuk tidur pulas, dikasur nan epuk diselimuti selimut tebal. Tapi, hal itu tidak terjadi kepada Almer. Tak seperti biasanya, hari ini dia bangun sangat pagi, menurutnya hari ini sangat spesial karena hari ini adalah hari pertama masuk di semester I.
Setelah sarapan dengan sayur apel kesukaanya, segera ia berangkat tak lupa dengan berpamitan dengan sang ayah dan ibu.
“ Yanda… Bunda… daku berangakat dahulu yaw..!” serunya dengan lebay.
“ Doa kami bersama mu…!” seru orang tuanya secara bersamaan, lalu mereka melakukan flip-flop.
Almer melaju dijalanan dengan kendaraan otoknya yang mempunyai kecepatan maksimal 60 km/jam. Setelah setengah jam, akhirnya dia sampai disekolahnya yang sangat ia cintai. Memang, sekolahnya merupakan salah satu sekolah terlebay di kotanya. Alhasil, semua muridnya berwajah imut ( loh nggak nyambung ? ). Contohnya si Aceng teman dekat Almer, seorang keturunan tionghoa tetapi berkulit sawo busuk, dan matanya sebesar kelereng. Mulutnya, ‘berlebihan’ beberapa centi, dia adalah anak tercerewet di kelasnya. Tetapi, entah kenapa si Aler yang kalem itu tertarik berteman dengannya, mungkin karena guna-guna.
“ Almer….” Seru Aceng menggema disertai hujan lokal khasnya.
Tiba-tiba keadaan sepi dan jangkrikpun bersahutan disana-sini.
“ Ad apa chueng ? kamu kangen aku ?” Tanya Almer dengan PD nya.
“ Cuih.. aku tu cuma pengen kasih tau kamu kalau…. Kalau…. Kalau….”
“ Kalau apa? Cepat katakan …!” paksa Almer tentu dengan lebaynya.
“ Aku menderita…. penyakit…. PANU !”
# # #
Bel berbunyi dengan sangat sumbang. Seluruh siswa berbaris untuk masuk kelas. Setelah semua duduk rapi, seorang guru berpenampilam menor, dengan sepatu hak yang tingginya hampir 10 cm, dan terdapat tanda pegawainya dengan nama Dra. Poniyem Endang W, MPd. Ya, beliaulah walikelas Almer dan kawan-kawan, dan biasanya dipanggil Bu Yem. Ternyata, Bu Yem tak sendiri, dibelakangnya dengan tiba-tiba dan tak terduga datanglah seorang gadis berperawakan sedang, kulitnya putih, dan rambutnya terlihat seperti habis direbonding masuk kekelas itu. Semua mata lelaki dikelas itu menuju ke anak it, kecuali Orlando yang sama sekali tak tertarik dengannya. Maklum dia adalah anak MKI yang taat pada agama.
“ Morning my student…” sapa Bu Yem hangat.
“ Morning Maam” sahut para muridnya
“OK,kali ini kita kedatangan penghuni baru dikelas ini. Dia adalah Bella pindahan dari Papua,”jelas Bu Yem
“ Bella mari kenalkan siapa dirimu disini!”perintahnya dengan lebay
“Nama saya Bella Farieda Anindya Lidya Pratiwie Santosa Sieta Baramudha, panggil saja Bella atau Anin atau Lidya atau siapalah, saya tinggal di jalan terigu 56 no 112. mohon bantuannya. Saya pindah karena ayah saya juga pindah kerja kesini…” jelas bella dengan lengkapnya
Penjelasan Bella tadi membuat sebagian besar siswa mengantuk termasuk Bu Yem, tetapi Almer terlihat serius mengikuti tiap kat demi kata yang keluar dari bibir ayu Bella. Rupanya ia tertarik pada gadis tersebut. Almer rupanya mengalami falling in love, seperti di film-film.
“ Silahkan Bella kamu duduk di…emmm…” Bu Yem memilihkan tempat yang cocok bagi Bella. Kebetulan saat itu hanya tersedia bangku disebelah Budi dan Almer.
“Ya Tuhan semoga Bella bisa duduk dismpingku…” kata Almer dalam hati
“Ya sudah duduklah dekat Budi, di tengah itu.”
Patahlah semangat Almer yang sudah terlanjur tertarik kepada Bella tapi bukan Almer namanya kalau tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, pasti akan ia kejar.
Dimulailah pelajaran, hari yang sial bagi kelas ini, hari pertama masuk langsung disuguhi dengan dua jam bersama matematika show show show. Dengan guru yang sangat mereka kejam, lebih kejam daripada pembunuhan. Apalagi ditambah materi logaritma yang dianggap rumit oleh siswa yang menganggapnya rumit.
Ternyata dewi fortuna sedang dektdengan kelas ini, sang guru yang sering ‘menyekaratkan’ murid saat ini sedang ‘sekarat’ karena penyakit tuanya. Betapa gembiranya kelas ini. Terlebih Almer ia lebih bisa mendekati Bella.
“ Hai bell, boleh duduk disini nggak?” rayu Almer.
“ Ya bolehlah masak ya bolehdong benang aja bolah bukan bodong..silahkan..!”
Ternyata Bella mempunyai sisi ‘gelap’ dibalik keluguannya. Tetapi ini semakin membuat Almer klepek-klepek dibuatnya.
“Kenalin namaku Almer, Almer Sulamer,” jelas Almer dengan sok imut
“O…,” timpal Bella singkat
“HAYYO…!” datanglah Acheng yang mengganggu P D K T Almer
“Apaan sih gangguin orang berceloteh aja,” gumam Almer kesal
“Kenalan apa kenalan pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kuw..” serunya lebay
“Ya udahlah lanjutin ‘kenalanmu’ dengan Bel-bel,” kata Acheng sambil menjauh
“Maafin Acheng ya emang dia kumat maklum malem Jumat.”
“Ah.. gak apa-apa udah biasa, eh tapi bukannya ini malem Selasa?”
“O iya…” balas Almer tersipu malu
Obrolan mereka terlihat semakin asyik sampai-sampai bel istirahatpun tak mereka gubris. Teman-teman tak ada yang mau mengganggu kecuali Acheng tadi, karena mereka tahu kalau Almer sedang pendekatan. Maklum, hampir 50 kali ia pendekatan tak pernah satupun gadis yang takluk kepada rayuan kuno Almer.
“ Jadi yang mati malah super heronya?”
“Ia dasar superhero konyol..”
“Ha ha ha ha…” tawa mereka berdua terbahak bahak
Canda Almer dan Bella terhenti setelah bel masuk terdengar.
“Ya sudah kita lanjutin nanti dah bel nih..” jelas Almer
“Ok..” jawab Bella
# # #
Saat pulang sekolah, diseberang jalan Almer melihat Bella sedang menunggu bus NUSA yang tak layak jalan itu. Almer pun tak melewatkan kesempatan emas ini, bak pembalap professional ia memacu motornya mendekati Bella.
“Bareng yuk?” bujuk Almer
“Ah nggak usah kan rumahku jauh nanti bensin kamu habis kan bensin langka sehingga mahal deh,” jelas Bella menggurui
“O… nggak apa-apa”
“Nggak ah…”
“Ya sudahlah hati hati aja.”
“Siap bos..”
Almer langsung tancap gas menyelundup entah kemana. Ternyata, Almer tak langsung pulang ia sembunyi di balik semak belukar untuk membuntuti Bella agar ia tahu dimana ia tinggal. Dengan itu ia bisa lebih leluasa untuk mendekatinya.
Terlihat bus bobrok itupun dating, segera almer membuntuti diam-diam bus itu. Muka bersih Almer terkena gas hitam dari bus itu, tapi ia tak mengeluh sedikitpun.
“Demi penguasa langit dan cinta ia akan mengejar kemanapun gadis pujaannya pergi,”demikian segelintir kata yang dipetik dari sumpah Almer.
Bus itu berhenti di sebuah gang sempit, dan disitulah Bella turun. Almer berhenti sebentar agar ia tidak diketahui Bella. Sebelum masuk ke gang itu Bella menengok ke kanan dan kiri lalu berjalan sngat cepat masuk kedalam gang itu. Almer curiga dengan gelagat Bella. Bella masuk ke sebuah rumah yang cukup mewah yang berlantai dua. Tiba-tiba beberapa orang berpakaian preman datang kerumah tersebut, mereka seperti akan menangkap mangsa. Almer semakin curiga.
“Sebenarnya ada apa dengan Bella? Jangan jangan…jangan jangan.. ah sudahlah,” kata Almer.
Ternyata yang dicurigai Almer benar orang-orang itu adalah polisi yang akan membekuk seseorang dirumah yang dimasuki Bella tak berapa lama terjadi kegaduhan
“Jangan bergerak! Anda sudah kami kepung!” seru salah satu polisi
Almer semakin gelisah, tiba-tiba seorang warga melintas entah darimana asal mulanya. Almer pun segera bertanya.
“Pak itu ramai-ramai ada apa?”
“O.. itu itu anak-anak SD pada lomba renang di sumur..”
“Bukan itu pakkk.. Dirumah hijau itu!” seru Almer kesal
“O..itu?”
“ Iya..”
“Maaf saya kurang tahu.”
Gubrak!! Almer kesal dibuatnya. Suara jeritan terdengar, ternyata jeritan Bella. Ia dibekap seorang lelaki paruh baya yang memegang pistol
“Apa??? Bella???” kata Almer
Betapa bodohnya Almer saat itu, ia ingin unjuk gigi di depan Bella tanpa peduli resiko yang akan ia peroleh. Ternyata ia memang dimabukkan cinta Bella.
Seperti ada yang meniupnya ia berlari kea rah jeritan itu untuk menolong gadis yang baru 3 jam yang lalu ia kenal. Ia mengira pistol itu mainan. Ia berlari masuk, seorang polisi berusaha mencegah Almer tetapi polisi itu tak kuasa menahan Almer yang nyatanya badan Polisi lebih besar dari Almer.
“ Woi lepasin Bella kalu berani ma aku nih,” kata Almer dengan bodohnya
“Almer?” Bella terkaget
“Siapa lo? Anak ingusan ikut campur..” kata sang lelaki tua itu
“Gue Almer temen Bella.”
“O… jadi kamu sok pahlwan mau nolong dia?”
DORRR!!!!!!
Suara tembakan terdengar sang penjahat memuntahkan pelurunya, Almer tertembak. Pistol dari tangan penjahat itu tiba tiba ia lepaskan dari tangannya. Ia tampak menyesal melepas tembakan. Polisi segera membekuk lelaki itu. Bella pun dilepaskan begitu saja, ia segera berlari ke Almer.
“Almer maafin aku gara-gara aku kamu jadi gini…”
Almer hanya diam, diam tanpa kata tak sepatah kata pun terucap. Almer tewas. Bella berteriak dan menangis tersedu-sedu. Ia tahu jika Almer suka padanya tapi belum terucap padanya, maut terlebih dulu menyapa. Siapa nyana Almer tewas ditangan ayah Bella sendiri yang dburu polisi karena seorang bandar togel, dia mengancam polisi lewat Bella.
“Mer… aku tahu kamu suka ma aku. Aku juga saying kamu…makasih atas semua ini, maafin ayahku…” kata Bella tersedu.
Almer telah dimakamkam, ia telah tenang. Cintanya telah terjawab, Bella menerimanya. Bella menangis dipusara Almer, ia tak hent-hentinya meminta maaf.
Kumbang itutelah gugur, gugur karena bunga yang ia kejar. Inilah kisah konyol Almer satu dari banyak remaja yang mengorbankan hidup demi cinta massa mudanya. Sungguh konyol cinta remaja…cinta Almer….


Flip-flop : sebuah permohonan yang diucapkan karena tidak sengaja mengucapkan kata yang sama.
Lebay: berlebihan.

beberapa photo kampoeng batik lawejan

Selasa, 20 Januari 2009




kampoeng batik laweyan


Kampung batik laweyan merupakan salah satu warisan kebudayaan leluhur yang berada di kota solo. kampung ini merupakan sentra batik yang telah ada sejak zaman kerajaan pajang yang didirikan tahun 1546.

Sebagai langkah strategis untuk melestarikan seni batik, dalam era kekinian kampung Laweyan di desain sebagai kampung batik terpadu dengan memanfaatkan lahan seluas kurang lebih 24 Ha yang terdiri dari 3 blok. Konsep pengembangan terpadu dimaksudkan untuk memunculkan nuansa batik dominan yang secara langsung akan mengantarkan para pengunjung pada keindahan seni batik. Diantara ratusan motif batik yang dapat ditemukan dikampung batik Laweyan, jarik dengan motif Tirto Tejo dan Truntun merupakan ciri khas utama batik Laweyan. Spray dan garmen dengan motif warna abstrak adalah seni batik pendukung yang melengkapi koleksi batik Laweyan. Kampung batik Laweyan juga dilengkapi dengan fasilitas untuk memberikan pendidikan dan pelatihan untuk belajar membatik tanpa batasan jumlah orang yang belajar dan asih bersifat sosial. Pengelolaan kampung batik Laweyan diorientasikan untuk menciptakan suasana wisata dengan konsep rumahku adalah galeriku. Artinya rumah memiliki fungsi ganda sebagai showroom sekaligus rumah produksi.

Keroncong, karawitan dan rebana merupakan jenis kesenian tradisional yang banyak ditemukan di masyarakat Laweyan, makam Kyai Ageng Anis (tokoh yang menurunkan raja-raja Mataram), bekas rumah Kyai Ageng Anis dan Sutowijoyo (Panembahan Senopati), bekas pasar Laweyan, bekas Bandar Kabanaran, makam Jayengrana (Prajurit Untung Suropati), Langgar Merdeka, Langgar Makmoer dan rumah H. Samanhudi pendiri Serikat Dagang Islam.

Laweyan juga terkenal dengan bentuk bangunan khususnya arsitektur rumah para juragan batik yang dipengaruhi arsitektur tradisional Jawa, Eropa, cina dan Islam. Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan pagar tinggi atau "beteng" yang menyebabkan terbentuknya gang-gang sempit spesifik seperti kawasan Town Space.

Kelengkapan khasanah seni dan budaya Kampung Batik Laweyan tersebut menjadi sebab tingginya frekuensi kunjungan wisatawan dari dinas dan institusi pendidikan, swasta, mancanegara (Jepang, Amerika Serikat dan Belanda).



pasar gedhe solo

Rabu, 14 Januari 2009

Pasar gedhe merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor gubernur yang sekarang bernama Balai Kota Surakarta.

Pasar Gedhe dulunya dibangun sebagai mediator perdagangan bagi masyarakat Belanda-Cina-pribumi pada saat itu, dengan harapan, hubungan antara etnis-etins tersebut yang semula penuh konflik dapat berlangsung harmonis

Bangunan ini di desain oleh arsitek belanda, Ir. Thomas Karsten yang saat itu menjabat sebagai gubernur Belanda. Dalam sejarahnya, Karsten adalah orang yang menganut paham demokrasi dan sangat menghargai budaya. Arsitektur pasar gedhe merupakan perpaduan antara gaya belanda dan gaya tradisional.

Pasar gedhe terdiri dari dua bangunan yang terpisah. Masing masing terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana yang kemudian diberi nama pasar gedhe. Diberi nama pasar gedhe karena memiliki atap yang besar.

SOLO djaman mbiyen

Jumat, 09 Januari 2009

roemah sakit kadipolo

TERLETAK di jalan Dr. Radjiman W. dengan lahan seluas + 2,5 Ha. Didirikan pada masa pemerintahan Paku Buwono X.

Karena masalah biaya, pada tahun 1948 pengolahannya diserahkan kepada PEMDA Surakarta disatukan dengan pengolahan Rumah Sakit Mangkubumen dan Rumah Sakit Jebres. Namun dengan syarat bahwa keluarga kraton dan pegawai kraton yang dirawat di rumah sakit tersebut mendapat keringanan pembiayaan. Tahun 1960 pihak keraton menyerahkan Rumah Sakit Kadipolo sepenuhnya termasuk investasi bangunan berikut seluruh pegawai dan perawatnya kepada PEMDA Surakarta.
ada mulanya bangunan ini dibangun khusus untuk poliklinik para abdi dalem kraton.




Tanggal 1 Juli 1960 mulai dirintis penggabungan Rumah Sakit Kadipolo dengan Rumah Sakit Jebres dan Mangkubumen di bawah satu direktur yaitu dr. Sutedjo. Kemudian masing-masing rumah sakit mengadakan spesialisasi, RS. Jebres untuk anak-anak, RS. Kadipolo untuk penyakit dalam dan kandungan serta RS. Mangkubumen untuk korban kecelakaan.

1 Agustus 1976 diadakan pemindahan pasien dari RS. Kadipolo ke RS. Mangkubumen sebagai persiapan berdirinya SPK (Sekolah Pendidikan Keperawatan). Pemindahan pasien selesai sampai awal April 1977.

24 April 1977 SPK resmi berdiri dengan menempati bangunan RS. Kadipolo.

Kampus SPK hanya bertahan 5 tahun karena Februari 1982 DepKes Pusat memerintahkan untuk mengosongkan RS. Kadipolo untuk pindah ke kawasan Mojosongo.

Sejak Tahun 1985 bangunan tersebut menjadi milik Arseto sebagi tempat tingal dan mess bagi para pemain Arseto Solo. Namun kini sebagian besar bangunan dibiarkan kosong tak terawat.